BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Islam adalah agama yang memberikan arti yang sangat penting bagi
kehidupan manusia. Islam memiliki dasar pokok yang menjadi pedoman bagi
kehidupan manusia yakni al-Qur'an dan al-Hadits yang di dalamnya menguraikan dengan
jelas tentang moral atau akhlak dalam kegiatan manusia. Akhlak dalam Islam
merupakan salah satu aspek yang sangat penting.
Namun nampaknya melihat fenomena yang terjadi kehidupan umat manusia pada
zaman sekarang ini sudah jauh dari nilai-nilai al-Qur’an. Akibatnya bentuk
menyimpangan terhadap nilai tersebut mudah ditemukan di lapisan masyarakat. Hal
ini dapat dilihat dari berbagai peristiwa yang terjadi, yang menunjukkan
penyimpangan terhadap nilai yang terdapat di dalamnya. Minimnya pengetahuan masyarakat
terhadap pemahaman al-Qur’an, akan semakin memperparah kondisi masyarakat
berupa dekadensi moral. Oleh karena itu, untuk memurnikan kembali kondisi yang
sudah tidak relevan dengan ajaran Islam, satu-satunya upaya yang dapat
dilakukan adalah dengan kembali kepada ajaran yang terdapat di dalamnya.
Sangat memprihatinkan bahwa kemerosotan akhlak tidak hanya terjadi pada
kalangan muda, tetapi juga terhadap orang dewasa, bahkan orang tua. Kemerosotan
akhlak pada anak-anak dapat dilihat dengan banyaknya siswa yang tawuran, mabuk,
berjudi, durhaka kepada orang tua bahkan sampai membunuh sekalipun. Untuk itu,
diperlukan upaya strategis untuk memulihkan kondisi tersebut, di antaranya
dengan menanamkan kembali akan pentingnya peranan orang tua dan pendidik dalam
membina moral anak didik.
Lingkungan keluarga dalam hal ini orang tua memiliki peran yang sangat
besar serta merupakan komunitas yang paling efektif untuk membina seorang anak
agar berperilaku baik. Di sinilah seharusnya orang tua mencurahkan rasa kasih sayang
dan perhatian kepada anaknya untuk mendapatkan bimbingan rohani yang jauh lebih
penting dari sekedar materi. Seandainya dalam lingkungan keluarga sudah
tercipta suasana yang harmonis maka pembentukan akhlak mulia seorang anak akan
lebih mudah dan seperti itu pula sebaliknya.
Untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dalam membina anak,
hendaknya setiap orang tua memahami terhadap kandungan yang ada di dalam al-
Qur’an, khususnya yang terkait dengan akhlak mulia, karena bagi umat Muslim
al-Qur’an merupakan referensi utama dalam mengatur hidupnya di samping hadits
Rasulallah SAW. Islam sebagai agama yang universal meliputi semua aspek
kehidupan manusia mempunyai sistem nilai yang mengatur hal-hal yang baik, yang
dinamakan dengan akhlak Islami. Sebagai tolok ukur perbuatan baik dan buruk
mestilah merujuk kepada ketentuan Allah SWT dan Rasul-Nya, karena Rasulallah
SAW adalah manusia yang paling mulia akhlaknya. Sesuai dengan firman Allah SWT
dalam al – Qur’an Surat Al – Ahzab ayat
21 :
ôs)©9 tb%x. öNä3s9 Îû ÉAqßu «!$# îouqóé& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_öt ©!$# tPöquø9$#ur tÅzFy$# tx.sur ©!$# #ZÏVx. ÇËÊÈ
Artinya: “Sesungguhnya Telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”
Pembinaan akhlak merupakan faktor yang sangat penting dalam membangun
sebuah rumah tangga yang sakinah. Suatu keluarga yang tidak dibangun dengan
tonggak akhlak mulia tidak akan dapat hidup bahagia sekalipun kekayaan
materialnya melimpah ruah. Sebaliknya terkadang suatu keluarga yang serba
kekurangan dalam masalah ekonominya, dapat bahagia berkat pembinaan akhlak
keluarganya.
Di dalam al-Qur’an terdapat perilaku (akhlak) terpuji yang hendaknya
diaplikasikan oleh umat manusia dalam kehidupan sehari-hari. Karena akhlak
mulia merupakan barometer terhadap kebahagiaan, keamanan, ketertiban dalam
kehidupan manusia dan dapat dikatakan bahwa ahklak merupakan tiang berdirinya
umat, sebagaimana shalat sebagai tiang agama Islam. Dengan kata lain apabila
rusak akhlak suatu umat maka rusaklah bangsanya.
Zuhairini mengutip bahwa penyair besar Ahmad Syauqi Beq pernah menulis: “
Bangsa
itu hanya bisa bertahan selama mereka masih memiliki akhlak. Apabila akhlak telah
tiada dari mereka, bangsa itupun akan lenyap”.
Syair tersebut menunjukkan bahwa akhlak dapat dijadikan tolok ukur tinggi
rendahnya suatu bangsa. Seseorang akan dinilai bukan karena jumlah materinya
yang melimpah, ketampanan wajahnya dan bukan pula karena jabatannya yang
tinggi. Allah SWT akan menilai hamba-Nya berdasarkan tingkat ketakwaan dan amal
(akhlak baik) yang dilakukannya. Seseorang yang memiliki akhlak mulia akan
dihormati masyarakat akibatnya setiap orang di sekitarnya merasa tentram dengan
keberadaannya dan orang tersebut menjadi mulia di lingkungannya. Melihat
fenomena yang terjadi nampaknya di zaman sekarang ini akhlak mulia adalah hal
yang mahal dan sulit diperoleh, hal ini seperti telah penulis kemukakan terjadi
akibat kurangnya pemahaman terhadap nilai akhlak yang terdapat dalam al-Qur’an
serta besarnya pengaruh lingkungan. Manusia hanya mengikuti dorongan nafsu dan
amarah saja untuk mengejar kedudukan dan harta benda dengan caranya sendiri,
sehingga ia lupa akan tugasnya sebagai hamba Allah SWT. Tidak dapat dipungkiri
juga bahwa kemerosotan akhlak terjadi akibat adanya dampak negatif dari
kemajuan di bidang teknologi yang tidak diimbangi dengan keimanan dan telah
menggiring manusia kepada sesuatu yang bertolak belakang dengan nilai al-Qur’an.
Namun hal ini tidak menafikan bahwa manfaat dari kemajuan teknologi itu jauh
lebih besar daripada madharatnya. Masalah di atas sudah barang tentu memerlukan
solusi yang diharapkan mampu mengantisipasi perilaku yang mulai dilanda krisis
moral itu, tindakan preventif perlu ditempuh agar dapat mengantarkan manusia
kepada terjaminnya moral generasi bangsa yang dapat menjadi tumpuan dan harapan
bangsa serta dapat menciptakan dan sekaligus memelihara ketentraman dan
kebahagiaan di masyarakat. Untuk dapat memiliki akhlak yang mulia sesuai dengan
tuntunan al-Qur’an mestilah berpedoman pada Rasulallah SAW karena beliau
memiliki sifat-sifat terpuji yang harus dicontoh dan menjadi panduan bagi
umatnya. Nabi SAW adalah orang yang kuat imannya, berani, sabar dan tabah dalam
menerima cobaan. Beliau memiliki akhlak yang mulia, oleh karenanya beliau patut
ditiru dan dicontoh dalam segala perbuatannya. Allah SWT memuji akhlak Nabi dan
mengabadikannya dalam ayat al-Qur’an yang berbunyi sebagai berikut:
y7¯RÎ)ur 4n?yès9 @,è=äz 5OÏàtã ÇÍÈ
Artinya : “Dan Sesungguhnya
kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (QS al Qalam [68]: 4)”
Dalam sebuah hadits Nabi SAW, juga dijelaskan sebagai berikut:
انما بعثت لاتمم مك رم الاخلاق (روه امد و البيهقى)
Artinya : “Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk
menyempurnakan keutamaan akhlak” (HR. Ahmad & Baihaqi).
Akhlak al-karimah merupakan sarana untuk mencapai kesuksesan dunia dan
akhirat, dengan akhlak pula seseorang akan diridhai oleh Allah SWT, dicintai
oleh keluarga dan manusia pada umumnya. Ketentraman dan kerukunan akan diraih
manakala setiap individu memiliki akhlak seperti yang dicontohkan Rasulallah
SAW. Mengingat pentingnya pembinaan akhlak bagi terciptanya kondisi lingkungan
yang harmonis, diperlukan upaya serius untuk menanamkan nilai-nilai tersebut
secara intensif. Pembinaan akhlak berfungsi sebagai panduan bagi manusia agar
mampu memilih dan menentukan suatu perbuatan dan selanjutnya menetapkan mana
yang baik dan mana yang buruk.
Berdasarkan hasil observasi sementara, peneliti menemukan data bahwa krisis
akhlak terjadi di lingkungan Madrasah Ibtidaiyah Negeri Desa Teluk Sentosa
Kecamatan Panai Hulu Kabupaten Labuhanbatu. Problematika akhlak tersebut antara
lain; 1) dalam berbicara siswa suka berbohong, mengucapkan perkataan yang
kasar, mengejek, dan berteriak – teriak di dalam kelas, 2) dalam bersikap siswa
suka membangkang, jahil, keras kepala dan melalaikan tanggung jawab, 3) dalam
berpakaian siswa suka membuka auratnya dan memakai asesoris yang berlebihan ke
sekolah, 4) dalam berprilaku siswa suka berkelahi, mencuri, merokok, ,menonton
aksi-aksi pornografi, bahkan sampai melakukan pergaulan bebas.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka peneliti tertarik untuk
mengangkat permasalahan tersebut dan dituangkan dalam skripsi ini dengan judul
: “Akhlak Siswa dalam Berinteraksi dengan Lingkungannya di Madrasah
Ibtidaiyah Negeri Teluk Sentosa Kecamatan Panai Hulu Kabupaten Labuhanbatu”
B.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah
dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana akhlak siswa dalam berinteraksi dengan kepala
sekolah di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Desa Teluk Sentosa Kecamatan Panai Hulu Kab.
Labuhanbatu ?
2.
Bagaimana akhlak siswa dalam berinteraksi dengan guru
di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Desa Teluk Sentosa Kecamatan Panai Hulu Kab.
Labuhanbatu ?
3.
Bagaimana akhlak siswa dalam berinteraksi dengan orang
tua di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Desa Teluk Sentosa Kecamatan Panai Hulu Kab.
Labuhanbatu ?
4.
Bagaimana akhlak siswa dalam berinteraksi dengan teman
sebaya di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Desa Teluk Sentosa Kecamatan Panai Hulu Kab.
Labuhanbatu ?
5.
Bagaimana koordinasi yang dilakukan kepala sekolah,
guru dan orang tua dalam membina akhlak siswa di Madrasah Ibtidaiyah Negeri
Desa Teluk Sentosa Kecamatan Panai Hulu Kab. Labuhanbatu ?
C.
Tujuan Penelitian
Adapun Tujuan Penelitian ini dibuat adalah untuk mengetahui :
1.
Akhlak siswa dalam berinteraksi dengan kepala sekolah
di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Desa Teluk Sentosa Kecamatan Panai Hulu Kab.
Labuhanbatu.
2.
Akhlak siswa dalam berinteraksi dengan guru di Madrasah
Ibtidaiyah Negeri Desa Teluk Sentosa Kecamatan Panai Hulu Kab. Labuhanbatu.
3.
Akhlak siswa dalam berinteraksi dengan orang tua di
Madrasah Ibtidaiyah Negeri Desa Teluk Sentosa Kecamatan Panai Hulu Kab.
Labuhanbatu.
4.
Akhlak siswa dalam berinteraksi dengan teman di
Madrasah Ibtidaiyah Negeri Desa Teluk Sentosa Kecamatan Panai Hulu Kab.
Labuhanbatu.
5.
Koordinasi yang dilakukan kepala sekolah, guru dan
orang tua dalam membina akhlak siswa di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Desa Teluk
Sentosa Kecamatan Panai Hulu Kab. Labuhanbatu.
D.
Manfaat Penelitian
1.
Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini bermanfaat dalam rangka
pengembangan khasanah ilmu pengetahuan tentang : “Akhlak Siswa dalam
Berinteraksi dengan Lingkungannya di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Desa Teluk
Sentosa Kecamatan Panai Hulu Kabupaten Labuhanbatu”
2.
Manfaat Praktis
Adapun secara praktis penelitian ini bermanfaat bagi :
1)
Kepala Sekolah
Kepala sekolah senantiasa membimbing para guru dalam meningkatkan
pembinaan akhlak kepada siswa
2)
Guru
Guru senantiasa membina akhak siswa terhadap lingkunganya dengan baik
kepada siswa.
3)
Orang Tua
Orang tua senantiasa memberikan contoh atau teladan yang baik kepada
siswa.
4)
Siswa
Siswa agar senantiasa berkahklak ketika berinteraksi dengan
lingkungannya.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.
A k h l a k
1.
Pengertian Akhlak
Istilah akhlak sudah akrab ditengah kehidupan.
Mungkin hampir semua orang mengetahui arti kata akhlak karena perkataan akhlak
selalu dikaitkan dengan tingkah laku manusia. Akan tetapi, agar lebih jelas dan
meyakinkan kata akhlak masih perlu untuk diartikan secara bahasa maupun
istilah. Dengan demikian, pemahaman terhadap kata akhlak tidak sebatas
kebiasaan praktis yang setiap hari kita dengar, tetapi sekaligus dipahami
secara filosofis, terutama makna substansinya.
Akhlak, kata “akhlaq” berasal dari bahasa
Arab, yaitu jama’ dari “khuluqun”
yang secara linguistik diartikan sebagai budi pekerti, perangai, tingkah laku
atau tabiat, tata karma, sopan santun, adab, dan tindakan. Tabiat
atau watak dilahirkan karena hasil perbuatan yang diulang - ulang sehingga
menjadi biasa. Perkataan akhlak sering disebut kesusilaan, sopan santun dalam
bahasa Indonesia;
moral, ethnic dalam bahasa Inggris, dan ethos, ethios dalam bahasa Yunani. Kata
tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan
khalqun yang
berarti kejadian, yang juga erat hubungannya dengan
khaliq yang berarti
pencipta; demikian pula dengan
makhluqun yang berarti yang diciptakan.
Adapun definisi akhlak
menurut istilah ialah kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan
mudah karena kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu.
Menurut Zuhairini akhlak dalam agama Islam ialah “Suatu ilmu yang dipelajari di
dalamnya tingkah laku manusia, atau sikap hidup manusia (the human conduct)
dalam pergaulan hidup”.
Dalam pengertian yang agak luas, Dzakiah Drajat mengartikan
akhlak merupakan “Kelakuan yang timbul
dari hasil perpaduan antara nurani, pikiran, dan kebiasaan yang menyatu,
membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup
keseharian”.
Kemudian Mahjudin mengutip dari Imam Ghazali dalam
kitabnya ihya ulumuddin mengatakan “Akhlak adalah suatu sifat yang tertanam
dalam jiwa manusia yang daripadanya timbul perbuatan yang mudah dikerjakan
tanpa melalui pertimbangan akal pikiran”.
Namun menurut Asmaran As pada hakikatnya khulk
(budi pekerti) atau akhlak ialah “Suatu kondisi atau sifat yang telah merasap
dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situ timbullah berbagai macam
perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat – buat dan tanpa pemikiran”.
Selanjutnya M. Solihin mendefenisikan akhlak ialah
kehendak dan kebiasaan manusia yang menimbulkan kekuasaan – kekuasaan yang
sangat besar untuk melakukan sesuatu. Ali Abdul Halim Mahmud juga menuturkan
bahwa akhlak adalah “Sebuah sistem yang lengkap yang terdiri dari karakteristik
akal atau tingkah laku yang membuat seseorang menjadi istimewa.”
Menurut Beni Ahmad Saebani
yang mengambil pemahaman dari QS. Al – Alaq 1-5 mengartikan Akhlak sebagai
berikut :
Tindakan (kreativitas) yang tercermin pada akhlak
Allah SWT yang salah satunya dinyatakan sebagai pencipta manusia dari segumpal
darah; Allah SWT sebagai sumber pengetahuan yang melahirkan kecerdasan manusia,
pembebasan dari kebodohan serta peletak dasar yang paling utama dalam
pendidikan.
Selain itu M. Yatimin
mengartikan akhlak ialah “Suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam
jiwa dan menjadi kepribadian”.
Terakhir akhlak yang di artikan oleh Sumaiyah adalah pola interaksi seorang
hamba terhadap Tuhan dan manusia.
2.
Ruang Lingkup Akhlak
Muhammad Daud Ali menyatakan bahwa dalam garis besarnya akhlak terbagi
dalam dua bagian,
pertama adalah akhlak terhadap Allah/Khaliq (pencipta)
dan
kedua adalah akhlak terhadap makhluknya (semua ciptaan Allah).
Dan ruang lingkup akhlak, di antaranya adalah :
a.
Akhlak Terhadap Allah SWT
Akhlak kepada Allah SWT dapat diartikan sebagai sikap/perbuatan yang
seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk kepada Tuhan yang Khaliq.
Sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa manusia perlu berakhlak
kepada Allah :
1)
Karena Allah yang telah menciptakan manusia dan
menciptakan manusia di air yang ditumpahkan keluar dari antara tulang punggung
dan tulang rusuk. (Q.S. al-Thariq : 5-7). Dalam ayat lain, Allah menyatakan
bahwa manusia diciptakan dari tanah yang kemudian diproses menjadi benih yang
disimpan dalam tempat yang kokoh (rahim) setelah ia menjadi segumpal darah, daging,
dijadikan tulang dan dibalut dengan daging, dan selanjutnya diberikan ruh.
(Q.S. Al-Mu’minun : 12-13)
2)
Karena Allah lah yang telah memberikan perlengkapan
panca indera, berupa pendengaran, penglihatan, akal, pikiran dan hati sanubari.
Di samping anggota badan yang kokoh dan sempurna pada manusia.
3)
Karena Allah lah yang telah menyediakan berbagai bahan
dan sarana yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan
makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang dan ternak dan
lain sebagainya. (Q.S.al Jatsiah : 12-13)
Allah lah yang telah memuliakan manusia
dengan diberikannya kemampuan untuk menguasai daratan dan lautan. (Q.S.
al-Isra’ : 70)
Dalam berakhlak kepada Allah SWT., manusia mempunyai banyak cara, di
antaranya dengan taat dan tawadduk kepada Allah, karena Allah SWT menciptakan
manusia untuk berakhlak kepada-Nya dengan cara menyembah kepada-Nya,
sebagaimana fiman Allah SWT dalam Q.S. 51/Adz-Dzariyat : 56 :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَاْلاِنْسَ اِلاَّ لِيَعْبُدُوْنِ
Ada dua dimensi dalam berakhlak kepada Allah
SWT :
1. Akhlak kepada Allah karena bentuk
ketaatan (kewajiban kepada Allah)
Perintah untuk taat kepada
Allah ditegaskan dalam firman-Nya yaitu dalam Q.S. 4/An-Nisaa : 59 :
يا اَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا اَطِيْعُوْ اللهَ وَاَطِيْعُوْ
الرَّسُوْلَ وَاُولىِ اْلاَمْرِ مِنْكُمْ ج فَاِنْ تَنزَعْتُمْ فىِ
شَئٍ فَرُدُّوْهُ اِلىَ اللهِ وَالرَّسُوْلِ اِنْ كُنْتُمْ تُؤْ مِنُوْنَ بِاللهِ
وَالْيَوْمِ اْلاخِرِ ط ذلِكَ خَيْرٌ وَاَحْسَنُ تَأْوِيْلاً
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah
Rasul (Nya) dan ulil amri di antara kamu, kemudian jika kamu berlainan pendapat
tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul
(Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang
demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya.(Q.S. An-Nisaa : 59)
Akhlak kepada Allah adalah taat dan cinta kepada-Nya,
mentaati Allah berarti melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya,di antaranya melaksanakan
shalat wajib lima
waktu.
2. Akhlak kepada Allah karena bentuk tawadduk
kepada Allah (keikhlasan dalam melaksanakan perintah-Nya).
Tawadduk adalah sikap
merendahkan diri terhadap ketentuan-ketentuan Allah SWT, sebagaimana firman
Allah SWT dalam Q.S. 23/Al-Mukminun : 1-7 :
قَدْ اَفْلَحَ الْمُؤْمِنُوْنَ.
اَلَّذِيْنَ فِىْ صَلاَتِهِمْ خشِعُوْنَ. وَالَّذِيْنَ هُمْ عَنِ الَّلغْوِمُعْرِضُوْنَ. وَالَّذِيْنَ هُمْ لِلزَّكوةِ
فعِلُوْنَ. وَالَّذِيْنَ هُمْ لِفُرُجِهِمْ حفِظُوْنَ. اِلاَّعَلىاَزْوجِهِمْ
اَوْمَامَلَكَتْ اَيْمنُهُمْ فَاِنَّهُمْ غَيْرُمَلُوْمِيْنَ
Artinya : “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu)
orang-orang yang khusyu’ dalam sembahyangnya, dan orang-orang yang menjauhkan
diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang
menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap
istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki. Maka sesungguhnya mereka
dalam hal ini tiada tercela”. (Q.S. al-Mukminun : 1-7)
Untuk menumbuhkan sikap
tawadduk, manusia harus menyadari asal kejadiannya, menyadari bahwa hidup di
dunia ini terbatas, memahami ajaran Islam, menghindari sikap sombong, menjadi
orang yang pemaaf, ikhlas, bersyukur, sabar dan sebagainya.
b.
Akhlak Terhadap Sesama Manusia
Akhlak terhadap sesama manusia,antara lain meliputi akhlak terhadap
Rasul, orang tua (ayah dan ibu), guru atau yang berwenang di lembaga pendidikan,
tetangga dan masyarakat.
1.
Akhlak terhadap Rasulullah
Akhlak karimah kepada Rasulullah adalah taat dan cinta
kepadanya, mentaati Rasulullah berarti melaksanakan segala perintahnya dan
menjauhi larangannya. Ini semua telah dituangkan dalam hadits (sunnah) beliau
yang berwujud ucapan, perbuatan dan penetapannya. Dan sebagaimana firman Allah
SWT dalamQ.S. 4/An-Nisaa : 80 :
مَنْ يُّطِعِ الرَّسُوْلَ فَقَدْ اَطَاعَ اللهَ وَمَنْ تَوَ لىّ
فَمَا اَرْسَلْنكَ عَلَيْهِمْ حَفِيْظًا
2.
Akhlak terhadap Orang Tua (ayah dan ibu)
Wajib bagi umat Islam untuk menghormati kedua orang
tuanya, yaitu dengan berbakti, mentaati perintahnya dan berbuat baik kepada
keluarganya, di antaranya berbicara dengan perkataan yang baik. Firman Allah
SWT dalam Q.S. 17/Al-Isra : 23 :
وَقَض رَبُّكَ اَلاَّتَعْبُدُوْا اِلاّ اِيَّاهُ
وَبِالْولِدَيْنِ اِحْسنًاط اِمَّايَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ
الْكِبَرَاَحَدُهُمَا اَوْكِلاَهُمَا فَلاَتَقُلْ لَّهُمَا اُفٍّ وَّلاَ تَنْهَرْ هُمَاوَقُلْ
لَّهُمَا قَوْلاًكَرِيْمًا
3.
Akhlak terhadap Kepala Sekolah dan Guru
Akhlakul karimah kepada guru dan Kepala Sekolah di
antaranya dengan menghormatinya, berlaku sopan di hadapannya, mematuhi
perintah-perintahnya, baik itu di hadapannya ataupun di belakangnya, karena
guru adalah spiritual father atau bapak rohani bagi seorang murid, yaitu
yang memberi santapan jiwa dengan ilmu, membina akhlak dan membenarkannya.
Penyair Syauki telah mengakui pula nilainya seorang
guru dengan kata-katanya “
Berdiri dan hormatilah guru dan berilah
penghargaan, seorang guru itu hampir saja merupakan seorang Rasul.”
4.
Akhlak terhadap Teman Sebaya
Teman sebaya adalah teman yang sederajat dengan kita.
Contoh teman sebaya adalah teman sekelas di sekolah, teman belajar atau teman
bermain. Sesama teman sebaya harus saling menolong, saling menghormati, dan
saling peduli satu sama lainnya. Kalau kita bergaul baik dengan teman sebaya,
kita akan mempunyai banyak teman di mana saja kita berada.
Adab bergaul
dengan teman sebaya antara lain :
1)
Mengucapkan assalamu’alaikum setiap kali bertemu teman
2)
Menghormati teman sebaya dan selalu berbaik baik kepada
mereka
3)
Memaafkan kesalahan teman bila mereka lupa atau tidak
sengaja melakukan kesalahan
4)
Tidak menghina dan meremehkan teman
5)
Tidak pelit dan tidak sombong kepada teman.
Anak yang bagus adabnya akan disukai oleh
teman-temannya. Oleh karena itu, agar dicintai dan dihormati teman-teman sebaya,
kita harus bergaul kepada mereka dengan adab yang baik.
5.
Akhlak terhadap Tetangga dan Masyarakat
Pentingnya akhlak tidak
terbatas pada perorangan saja, tetapi penting untuk bertetangga, masyarakat,
umat dan kemanusiaan seluruhnya. Di antaranya akhlak terhadap tetangga dan
masyarakat adalah saling tolong menolong, saling menghormati, persaudaraan,
pemurah, penyantun, menepati janji, berkata sopan dan berlaku adil. Allah SWT
berfiman dalam al-Qur’an Q.S. 5/Al-Maaidah : 2 :
وَتَعَاوَنُوْاعَلَىالْبِرِّ وَالتَّقْوَىصوَلاَتَعَاوَنُوْا
عَلَى اْلاِثْمِ وَالْعُدْوانِص وَاتَّقُوا اللهَ ط اِنَّ
اللهَ شَدِيْدُالْعِقَابِ
6.
Akhlak Terhadap Lingkungan
Yang dimaksud dengan
lingkungan di sini adalah segala sesuatu yang berada di sekitar manusia, baik
binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tidak bernyawa. Pada dasarnya,
akhlak yang diajarkan Al-Qur’an terhadap lingkungan bersumber dari fungsi
manusia sebagai khalifah.
Binatang, tumbuhan, dan
benda-benda tidak bernyawa semuanya diciptakan oleh SWT., dan menjadi
milik-Nya, serta semua memiliki ketergantungan kepada-Nya. Keyakinan ini
mengantarkan sang muslim untuk menyadari bahwa semuanya adalah “umat” Tuhan
yang seharusnya diperlakukan secara wajar dan baik, seperti firman Allah SWT
dalam Q.S. 6/Al-An’aam : 38 :
وَمَامِنْ دَآ بَّةٍ فىِ اْلاَرْضِ ولاَ طَئِرٍ يَّطِيْرُ
بِجَنَا حَيْهِ اِلاَّ اُمَمٌ اَمْثَالُكُمْ ط مَافَرَطْنَا فىِ
الْكِتبِ مِن شَيْئٍ ثُمَّ اِلى رَبِّهِمْ يُحْشَرُوْنَ
Artinya : “Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan
burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga)
seperti kamu. Tiadalah kami alpakan sesuatupun di dalam Al Kitab, kemudian
kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.” (Q.S. Al-An’aam : 38)
3.
Metode Mendidik Akhlak
Didalam pendidikan akhlak terdapat metode yang dapat digunakan, gunanya
untuk memperudah seorang pendidik (Guru, Orang tua dan Sebagainya) membina
akhlak anak. Karena tidak mudah untuk mendidik akhlak seorang anak sebab dalam
fase – fase yang berbeda maka lain pula karakter anak tersebut. Disini akan
dijelaskan beberapa metode mendidik akhlak yang digunakan dan telah diterapkan
sejak dahulu.
a.
Mendidik Melalui Keteladanan
Konsep dan persepsi pada diri seorang anak remaja dipengaruhi oleh unsur
dari luar diri mereka.
Agar seorang anak meniru sesuatu yang positif dari orang tua, guru atau orang
yang dianggap ia idolakan, menjadi kemestian mereka itu semua harus menjadikan
dirinya sebagai
uswatun hasanah dengan menampilkan diri sebagai sumber
norma, budi yang luhur, dan perilaku yang mulia. Pentingnya keteladanan dalam
mendidik anak, termasuk anak remaja menjadi pesan kuat dari Al- Qur’an. Sebab
keteladanan adalah sarana penting dalam pembentukan karakter seseorang.
Oleh karenanya pula, menurut Dr. Seto Mulyadi (Kak Seto), bahwa semua hal
yang perlu diajarkan kepada anak, unsur keteladanan dari orang tua berada
diatas posisi teratas. “Anak – anak (termasuk usia remaja) akan mudah meniru
apa pun yang dilihatnya. Jadi ketika orangtua menerapkan perilaku terpuji dan
bertutur kata yang halus, itu seudah merupakan permulaan pendidikan agama
(etika) kepada anak – anak.”
b.
Mendidik Melalui Perhatian
Perhatian adalah satu hal yang mutlak dilakukan disamping memberi
lingkungan yang aman sehingga anak remajanya tahu harus pergi kemana saat
hatinya gundah. Sebagaimana Allah berfirman dalam Al – Qur’an Surah at – Tahrim
ayat 6 :
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqè% ö/ä3|¡àÿRr& ö/ä3Î=÷dr&ur #Y$tR $ydßqè%ur â¨$¨Z9$# äou$yfÏtø:$#ur $pkön=tæ îps3Í´¯»n=tB ÔâxÏî ×#yÏ© w
tbqÝÁ÷èt ©!$# !$tB öNèdttBr& tbqè=yèøÿtur $tB tbrâsD÷sã ÇÏÈ
Artinya
: “Hai orang – orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluarga mu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat –
malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka, dan mengerjakan apa yang diperintahkan.”
c.
Mendidik Melalui Kasih Sayang
Memberikan kasih sayang merupakan metode yang paling sangat berpengaruh
dan efektif dalam mendidik anak. Sebab kasih sayang memilki daya tarik dan
memotivasi akhlak yang baik, serta memberikan ketenangan kepada anak yang nakal
sekalipun.
d.
Mendidik Melalui Nasihat
Bila kita buka Al – Qur’an kita akan menemukan tentang metode nasihat
yang dilakukan oleh para para Nabi kepada kaumnya, seperti Nabi Shaleh as, yang
menasihati kaumnya agar menyembah Allah, dan Nabi Ibrahim as, yang menasihati
ayahnya agar tidak menyembah berhala dan tidak lagi membuat patung. Begitu pula
Al – Qur’an mengisahkan Luqman memberi nasihat kepada anaknya agar menyembah
Allah dan berbakti kepada orangtuanya, serta melakukan sifat – sifat terpuji
seperti yang terdapat dalam QS. Luqman : 12-13.
ôs)s9ur $oY÷s?#uä z`»yJø)ä9 spyJõ3Ïtø:$# Èbr& öä3ô©$# ¬! 4 `tBur öà6ô±t $yJ¯RÎ*sù ãä3ô±o ¾ÏmÅ¡øÿuZÏ9 ( `tBur txÿx. ¨bÎ*sù ©!$# ;ÓÍ_xî ÓÏJym ÇÊËÈ øÎ)ur tA$s% ß`»yJø)ä9 ¾ÏmÏZö/ew uqèdur ¼çmÝàÏèt ¢Óo_ç6»t w õ8Îô³è@ «!$$Î/ ( cÎ) x8÷Åe³9$# íOù=Ýàs9 ÒOÏàtã ÇÊÌÈ
Artinya : “ Dan Sesungguhnya
Telah kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: Bersyukurlah kepada Allah. dan barangsiapa yang bersyukur
(kepada Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan
barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha
Terpuji. Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia
memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan
Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar.”
e.
Mendidik Melalui Curhat
Metode curhat dalam bentuk saling bertanya dan menjawab dengan penuh
perasaan curahan hati yang paling dalam merupakan cara paling cemerlang karena
jawaban akan datang atau langsung keluar dari anak itu sendiri. Sebagaimana
yang pernah dilakukan oleh Rasullullah SAW, ketika seorang pemuda meminta izin
kepada beliau untuk mengizinkan pemuda tersebut berzina. Kemudian yang akhirnya
pemuda itu tidak lagi tersirat keinginan untuk berzina.
f.
Mendidik Melalui Pembiasaan
Pada dasarnya manusia itu mempunyai potensi untuk menerima kebaikan dan
keburukan dijelaskan Allah dalam firman-Nya “Dan demi jiwa serta penyempurnaannya
(ciptaannya). Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan
sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya” (QS. Asy-Syamsy : 7-10).
Dari ayat diatas dapat kita indikasikan bahwa manusia mempunyai
kesempatan sama untuk membentuk akhlaknya, apakah dengan pembiasaan yang baik
atau dengan pembiasaan yang buruk. Hal ini menunjukkan bahwa metode pembiasaan
dalam membentuk akhlak mulai sangat terbuka luas, dan merupakan metode yang
tepat.
g.
Mendidik Melalui Cerita dan Kisah
Metode cerita merupakan salah satu metode yang bisa digunakan dalam
mendidik anak usia remaja. Sesungguhnya cerita dan atau kisah memiliki pengaruh
yang sangat besar bagi jiwa si pendengarnya lantaran di dalamnya terkandung
pentahapan dalam pengurutan berita, membuat kerinduan dalam pemaparannya, dan
membuang pemikiran – pemikiran yang bercampur dengan emosi kemanusiaan.
Sebagai suatu metode, bercerita akan mengundang perhatian anak terhadap
pendidik sesuai dengan tujuan mendidik. Adapun tujuannya adalah agar pembaca
atau pendengar cerita/ kisah dapat membedakan perbuatan yang di ridhai Allah
atau sebaliknya. Sehingga anak dapat mengaplikasikannya dikehidupan yang
sesungguhnya.
h.
Mendidik Melalui Penghargaan dan Hukuman
Mendidik melalui penghargaan ialah metode dengan cara memberikan sebuah
penghargaan, seperti hadiah, ucapan yang mengembirakan, dan lain sebagainya.
Metode ini bisa menjadi sarana untuk perbaikan perilaku sehingga anak tidak terjerumus
pada perilaku yang tercela juga memotivasi untuk melakukan perbuatan yang sama
atau bahkan perbuatan yang lebih baik lagi.
Sedangkan melalui hukuman ialah metode dengan cara memberikan sanksi
kepada anak karena berbuat kesalahan. Metode ini lebih baik dilakukan jika
metode yang dijelaskan sebelumnya tidak berhasil diterapkan bagi seorang anak,
karena hukuman atau dalam istilah lain punishment kurang baik dilakukan
kepada anak karena sifat yang beraneka ragam pada anak akan memunginkan kepada
ia tersinggung akan sanksi yang diberikan kepadanya.
i.
Mendidik Melalui Metode Menakut – Nakuti
Menurut Muhammad Zaairul Haq masih terdapat satu lagi metode pendidikan
Islam yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, yaitu menakut – nakuti.
Disini menakut – nakuti disini adalah memperingatkan akan sesuatu hal yang
dilarang dengan mengabarkan sesuatu hal yang dilarang dengan menyebarkan akibat
atau sesuatu yang akan terjadi bila mereka melakukan suatu hal yang dilarang
tersebut.
B.
I n t e r a k s i
Adanya aspek
organis-jasmaniah,
psikis-rohaniah,
dan
sosial-kebersamaan yang melekat pada individu, mengakibatkan bahwa
kodratnya ialah untuk hidup bersama manusia.
Manusia
berinteraksi dengan sesamanya dalam kehidupan untuk menghasilkan pergaulan
hidup dalam suatu kelompok sosial. Pergaulan hidup semacam itu barulah terjadi
apabila manusia dalam hal ini orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia
bekerja sama, saling berbicara dan sebagainya untuk mencapai tujuan bersama
mengadakan persaingan, pertikaian, dan lain-lain.
- Pengertian Interaksi
Kata Interaksi berasal dari kata ”inter” yang artinya ”antar ” dan ”aksi
” yang artinya tindakan. Interaksi berarti antar-tindakan.
Interaksi
adalah suatu jenis tindakan atau aksi yang terjadi sewaktu dua atau lebih objek
mempengaruhi atau memiliki efek satu sama lain. Ide efek dua arah ini penting
dalam konsep interaksi, sebagai lawan dari hubungan satu arah pada sebab
akibat. Kombinasi dari interaksi-interaksi sederhana dapat menuntun pada suatu
fenomena baru yang mengejutkan. Dalam berbagai bidang ilmu, interaksi memiliki
makna yang berbeda.
Menurut Drs. Soetomo istilah interaksi adalah suatu
hubungan timbal balik antara orang satu dengan orang lainnya. Interaksi adalah
proses dimana orang – orang berkomunikasi saling mempengaruhi dalam pikiran dan
tindakan.
Seperti
kita ketahui, bahwa manusia dalam kehidupan sehari-hari tidaklah lepas dari
hubungan satu dengan yang lain.
Budaya masyarakat Indonesia yang mencerminkan sikap
hidup penuh dengan kekeluargaan, mudah untuk saling kenal-mengenal satu dengan
lainnya, menumbuhkan suasana keakraban dan meningkatkan rasa persatuan dan
kesatuan diantara sesama serta menjunjung tinggi nilai-nilai adat kebiasaan.
Kemudian jiwa gotong royong juga menjadi ciri khas dari masyarakat Indonesia.
Kondisi ini sebagai konsekuensi logis dari naluri manusia sebagai makhluk yang
berkeinginan untuk :
- Hasrat sosial
- Hasrat untuk mempertahankan diri
- Hasrat harga diri
- Hasrat meniru
- Hasrat berjuang
- Hasrat untuk mendapatkan kebebasan
- Hasrat untuk memberitahukan
- Hasrat bergaul
- Hasrat tolong-menolong dan
simpatik
Berdasarkan kutipan diatas jelas terlihat bahwa
setiap manusia sangat mendambakan atau berkeinginan untuk dapat mengadakan
interaksi dengan sesama makhluk hidup yang ada di lingkungannya. Terlepas dari
adanya perbedaan suatu agama, suku, dan lain sebagainya. Dengan adanya
interaksi yang diciptakan maka akan terjalin ikatan yang kuat disamping dapat
menciptakan kerukunan antar individu maupun kelompok.
Adapun faktor-faktor yang mendasari berlangsungnya
interaksi yaitu :
1)
Faktor Imitasi
Faktor imitasi mempunyai peranan sangat penting dalam proses interaksi.
Salah satu segi positifnya adalah bahwa imitasi dapat membawa seseorang untuk
mematuhi kaidah-kaidah yang berlaku.
2)
Faktor Sugesti
Yang dimaksud dengan sugesti disini adalah pengaruh psikis, baik yang datang
dari dirinya sendiri maupun dari orang lain.
3)
Faktor Identifikasi
Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identik (sama)
dengan orang lain, baik secara lahiriah maupun batiniah. Disini dapat
mengetahui bahwa hubungan sosial berlangsung pada identifiaksi adalah lebih
mendalam daripada hubungan yang berlangsung atas proses – proses sugesti maupun
imitasi.
4)
Faktor Simpati
Simpati adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang
lain. Simpati timbul tidak atas dasar logis rasional, melainkan berdasarkan
penilaian perasaan seperti juga pada proses identifikasi.
Berlangsungnya suatu proses interaksi yang didasarkan
pada berbagai faktor diatas, diantaranya faktor imitasi, sugesti, identifikasi
dan simpati. Faktor – faktor tersebut dapat bergerak sendiri-sendiri secara
terpisah maupun dalam keadaan yang bergabung.
Hal – hal tersebut di atas merupakan faktor – faktor
minimal yang menjadi dasar bagi berlangsungnya proses interaksi, walaupun di
dalam kenyataan proses tadi memang masih kompleks, sehingga kadang – kadang
sulit untuk membedakan yang antara faktor – faktor diatas.
Kemudian untuk terjadinya suatu interaksi maka
diperlukan adanya syarat-syarat yang harus ada, yaitu :
1. Adanya
kontak sosial (social contact)
Kontak sosial adalah hubungan antara individu dengan
individu, kelompok dengan kelompok. Sebagai gejala dari kontak tidak perlu
terjadi dengan saling menyentuh saja melainkan orang dapat melakukan kontak
sosial dengan mengadakan hubungan dengan orang lain tanpa harus terjadi kontak
fisik. Misalnya, orang berbicara melalui telepon, berkirim surat, dan sebagainya.
2. Adanya
komunikasi
Komunikasi sering dikaitkan dengan berbicara, namun
hal itu sudah biasa. Yang dimaksud dengan komunikasi sebenarnya adalah proses
tafsiran tingkah laku atau perasaan – perasaan orang lain dalam bentuk
pembicaraan, gerak-gerik badan, atau sikap-sikap tertentu. Secara singkat dapat
diartikan sebagai proses menyampaikan pesan dari satu pihak ke pihak lain
sehingga terjadi pengertian bersama.
- Bentuk - Bentuk Interaksi
Bentuk-bentuk interaksi dapat berupa kerja sama (coorperation),
persaingan (competition), dan pertentangan (conflict). Dan bentuk
interaksi tersebut dibagi menjadi dua bentuk yakni :
a. Interaksi
Asosiatif
1) Kerja
sama
Kerjasama timbul karena orientasi orang perorangan
terhadap kelompok-kelompok lainnya. Sehubungan dengan pelaksanaan kerja sama
ada tiga bentuk kerja sama yaitu :
·
Barbaining, pelaksanaan perjanjian
mengenai pertukaran barang dan jasa antara dua organisasi atau lebih.
·
Coorperation, proses penerimaan
unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu
organisasi.
·
Coalition, kombinasi antara dua
organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama.
2) Akomodasi
Istilah akomodasi digunakan dalam dua arti, yaitu
untuk menunjuk pada suatu keadaan, berarti suatu kenyataan adanya suatu
keseimbangan dalam interaksi antara orang perorangan dan kelompok manusia.
b. Interaksi
Disosiatif
1)
Persaingan
Persaingan adalah bentuk interaksi yang dilakukan oleh individu atau
kelompok yang bersaing untuk mendapatkan keuntungan tertentu bagi dirinya
dengan cara menarik perhatian atau mempertajam prangsangka yang telah ada tanpa
menggunakan kekerasan.
2)
Kontravensi
Kontravensi adalah bentuk interaksi yang berbeda antara persaingan dan
pertentangan. Kontravensi ditandai oleh adanya ketidakpastian terhadap diri
seseorang, perasaan tidak suka yang disembunyikan dan kebencian terhadap
kepribadian seseorang.
3)
Pertentangan
Pertentangan adalah suatu bentuk interaksi individu atau kelompok sosial
yang berusaha untuk mencapai tujuannya dengan jalan menentangpihak lain
disertai ancaman atau kekerasan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Pendekatan Penelitian
Strauss dan Corbin yang menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah
penelitian tentang kehidupan seseorang, cerita, perilaku, dan juga tentang
fungsi organisasi, gerakan sosial, atau hubungan timbal balik.
Kemudian Creswell juga menyatakan bahwa pendekatan kualitatif adalah
suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang
menyelidiki suatu fenomena social dan masalah manusia. Pada pendekatan ini,
peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci
dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang di alami.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena disini peneliti
ingin menggali secara maksimal fenomena sosial tentang “Akhlak siswa dalam
berinteraksi dengan lingkungannya di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Desa Teluk
Sentosa Kecamatan Panai Hulu Kabupaten Labuhanbatu.”
B.
Lokasi Penelitian
Penelitian yang berjudul “Akhlak Siswa dalam Berinteraksi dengan
lingkungannya” ini akan dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Desa Teluk
Sentosa Kecamatan Panai Hulu Kabupaten Labuhanbatu yang merupakan satu-satunya
Madrasah Ibtidaiyah Negeri di Kecamatan Panai Hulu Kabupaten Labuhanbatu, yang
mana madrasah terdiri dari sebagai berikut :
Data Madrasah Ibtidaiyah (MI)
Data MI Berdasarkan Lokasi, Kondisi Ruang
dan Sarana
No
|
Nama kab/ kota
|
Jumlah Ruangan
|
Kondisi Ruangan
|
Kelas
|
Perpus
|
Lab
|
Guru
|
Total
|
B
|
RS
|
RB
|
Jlh
|
1.
|
MIN Teluk Sentosa
|
6
|
1
|
-
|
1
|
8
|
8
|
-
|
-
|
8
|
|
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Adapun alasan peneliti memilih Madrasah Ibtidaiyah Negeri Desa Teluk
sentosa Kecamatan Panai Hulu Kabupaten Labuhanbatu sebagai lokasi penelitian
adalah dikarenakan ingin mengetahui sejauh mana akhlak siswa dalam berinteraksi
terhadap lingkungannya.
C.
Subjek Penelitian
Subjek yang diteliti dalam penelitian
kualitatif disebut informan yang dijadikan
teman untuk menggali informasi yang dibutuhkan peneliti. Spradley menjelaskan
bahwa informan yang dipilih haruslah seseorang yang benar – benar memahami
kultur atau situasi yang ingin diteliti untuk memberikan informasi kepada
peneliti.
Pada penlitian ini peneliti menggunakan teknik purposive
sampling untuk menentukan penelitian. Adapun subjek pada penelitian ini adalah
1) Kepala Sekolah, 2) Guru, 3) Orang Tua, 4) Siswa/ Teman sebaya.
D.
Instrumen Penelitian Data
Instrumen penelitian data yang dipilih dalam penelitian ini
adalah observasi partisipasi, pengkajian dokumen, dan wawancara. Strategi
observasi partisipasi digunakan sebagai instrument utama dalam penelitian ini,
yakni untuk menjaring data mengenai “Akhlak Siswa dalam Berinteraksi dengan
Lingkungannya di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Desa Teluk Sentosa Kecamatan Panai
Hulu Kabupaten Labuhanbatu”, yang mencakup akhlak siswa dalam berinteraksi
terhadap kepala sekolah, guru, orang tua, teman sebaya. Adapun strategi
pengkajian dokumen yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang bagaimana
koordinasi yang diberikan kepala sekolah dan guru, kepada pembinaan akhlak
siswa. Strategi wawancara digunakan sebagai penunjang strategi pengkajian
dokumen dan sebagai strategi untuk menggali informasi lain yang berkaitan
dengan focus penelitian.
E.
Pengolahan dan Analisis Data
Setelah data atau informasi yang dibutuhkan dalam penelitian diperoleh,
maka selanjutnya data tersebut diolah sesuai menurut jenisnya.
Data ini diolah dengan beberapa tahapan :
- Peneliti berusaha meneliti masalah penelitian
sesuai dengan fokus penelitian.
- Peneliti berusaha mengumpulkan data dengan
instrumen data.
- Peneliti berusaha menyajikan data dengan deskripsi
naratif kualitatif yang dipaparkan secara ilmiah.
Menurut Sukardi ada beberapa elemen penting dalam analisis data yang
perlu terus di ingat oleh setiap peneliti dalam melakukan kegiatan analisis
data adalah sebagai berikut :
- Reduksi
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan,
pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data.
Pada tahap reduksi data, peneliti mengubah seluruh data yang telah di dapat
tentang hal-hal yang berkaitan dengan “Akhlak siswa dalam Berinteraksi dengan
lingkungannya di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Desa Teluk Sentosa Kecamatan Panai
Hulu Kabupaten Labuhanbatu” ke dalam bentuk yang lebih sederhana agar mudah
dikelola dan dipahami.
- Penyajian Data
Pada tahap penyajian data peneliti menggabungkan
seluruh data yang di dapat menjadi sebuah teks naratif, yang kemudian diubah
menjadi bentuk grafik sehingga peneliti dapat mengetahui apa yang terjadi untuk
menarik kesimpulan.
- Menarik Kesimpulan/ Verifikasi
Dalam tahap analisis data, peneliti melakukan tinjauan
ulang terhadap catatan lapangan yang berkaitan dengan “Akhlak Siswa dalam
Berinteraksi dengan Lingkungannya di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Desa Teluk
Sentosa Kecamatan Panai Hulu Kabupaten Labuhanbatu”, saling tukar pikiran
dengan teman sejawat untuk mengembangkan kesepakatan intersubjektifitas.
F.
Teknik Penjaminan Keabsahan Data
Pada penelitian ini, teknik yang digunakan untuk menjamin validitas ada 4
langkah, yaitu :
1.
Kredebilitas
Untuk menjamin keabsahan data penelitian kualitatif peneliti melakukan
perpanjangan pengamatan, dan melakukan diskusi dengan teman untuk mengetahui
lebih mendalam tentang “Akhlak Siswa dalam Berinteraksi dengan Lingkungannya di
Madrasah Ibtidaiyah Negeri Desa Teluk Sentosa Kecamatan Panai Hulu Kabupaten
Labuhanbatu.”
2.
Uji Tranferabilitas
Pada langkah ini peneliti melakukan uraian rinci dari data yang telah di
dapat dengan teori yang ada atau dari kasus lain yang sesuai dengan fokus
penelitian ini yaitu tentang “Akhlak Siswa dalam Berinteraksi dengan
Lingkungannya di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Desa Teluk Sentosa Kecamatan Panai
Hulu Kabupaten Labuhanbatu.” Sehingga pembaca capat menerapkan dalam konteks
yang hampir sama.
3.
Uji Dependabilitas
Pada langkah ini peneliti melakukan audit terhadap keseluruhan proses
penelitian. Selain itu peneliti mengumpulkan data sesuai dengan yang peneliti
dapatkan di lapangan. Untuk menguatkan hal ini peneliti melampirkan beberapa
photo, catatan lapangan selama melakukan penelitian.
4.
Uji Konfirmabilitas
Pada langkah konfirmabilitas mengkonsultasikan setiap langkah kegiatan
kepada pembimbing, menyusun ulang fokus, penentuan konteks dan nara sumber, penetapan
teknik pengumpulan data dan analisis data serta penyajian data penelitian.
BAB IV
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
B.
Saran
Dzakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga
dan Sekolah, (Jakarta : CV. Ruhama, 1993), h. 10